Thursday, June 5, 2014

Black Campaign, blah

Saya bukan politikus, bukan anak muda yang ngerti banget banget sejarah Indonesia dari yang hoax sampe nyata, bukan juga tetangga Pak Wowo dan Pak Wiwi yang beberapa minggu ini sudah, masih, dan akan terus menyita perhatian publik Indonesia. Saya cuma... seorang pemilih pemula, yang  Alhamdulillah akhirnya mau juga melek politik setelah bertahun-tahun apatis dan berusaha nggak ambil pusing dengan pemilihan2 di Indonesia. Saya prihatin dengan nasib bangsa, ditambah kayaknya pilpres kali ini suasananya lebih hot dibanding pilpres pilpres sebelumnya. Tokoh-tokoh sentral banyak bermunculan sebelum Pileg, yang saya kira mereka semua bisa meramaikan pilpres, tapi hasil berkata lain. Hanya ada dua jagoan yang kini bisa dilihat, sudah wara wiri dimanapun anda berada.

Ada pemilu, pasti ada kampanye. Kampanye normal aja bikin capek, apalagi kampanye hitam. Bikin resah iya, bikin geram apalagi. Kenapa harus ada black campaign? Ya jawabannya macem-macem, si dalang black campaign bisa dari pihak lawan, bisa juga dari pihak sendiri biar keliatan tokohnya dizalimi dan kemudian bikin pembelaan sendiri padahal emang si tokoh nggak salah, atau... bisa jadi dalang black campaignnya suka adu domba.

Simpelnya sih gini aja. Manusia ada baiknya, ada bobroknya. Manusia ya manusia, mau cari pemimpin flawless, jelas nggak ada. Pilah pilih berita baiknya, saring berita buruknya, ya meskipun kebanyakan baca berita buruk tentang capres sudah pasti jadi muak sendiri. Masih banyak cara untuk mendukung capres, nggak dengan ngejatuhin dan ngejelek-jelekin capres lawan. Pasti lah, sisi cemerlang capres pilihan yang dipilih lebih worthed dibanding menjual sisi buruk capres lawan. Ya meskipun, gajah dipelupuk mata tak tampak, tapi kuman diseberang lautan tampak.