Thursday, March 27, 2014

[REVIEW] Heart Attack by Clara Canceriana




Heartbreakers, Boyband papan atas Indonesia ini harus digemparkan dengan hilangnya leader mereka yaitu Dima. Apakah Dima hilang pulang ke kampung? Atau diculik alien? tidak ada yang tahu nasibnya. Yang jelas, show must go on. Heartbreakers tentu butuh leader baru dan personil baru. Mencari member baru jelas bukan hal yang mudah, hingga akhirnya Axel berhasil mengisi tempat kosong dan harus berjuang untuk adaptasi dengan member lain yaitu Sandro dan Leon.
Jadi member boyband enak? Fifty-fifty. Mudah? Tentu nggak! Axel harus beradaptasi dari lingkungannya yang damai dan tenang, hingga kini masuk ke dunia seleberiti yang penuh intrik.
Dari yang tadinya pemalu, Axel harus pede tampil di depan umum
Dari yang tadinya canggung, Axel harus bisa bersosialisasi dengan Sandro yang keras juga Leon yang ramah tapi cuek
Dari yang tadinya cuma menjadi secret admirer Kirana, kedekatan keduanya mencuat dan menyebar seperti wabah yang bisa menyerang Axel kapan saja.

Bisakah Axel menggantikan posisi Dima? Akankah Heartbreakers kembali bersinar dan dibanggakan seluruh Sweethearts? Don't go anywhere, good people. Just relax and enjoy the story... *senyum ala host E news

Well, sebenernya ya, sebenernya loh, saya kira Heartbreakers ini adalah sebuah Band, bukan Boyband. Ya karena nasi sudah menjadi bubur, saya tetap beroptimis ria membuka halaman pertama novel dengan cover hijau muda ceria ini.

Alur ceritanya relatif seru, nggak bikin bingung dan nggak membosankan, meskipun yaa kehidupan lika-liku boyband-nya korea sekalii. Saya dulunya penggemar kpop, jadi pikiran saya sempat dijejali pusingnya mikirin antifans, skandal, member2 yang kecapekan karena diforsir, para fans-fans fanatik dan lain lain :D. 
Konflik boyband yang unik, saya kira lebih menarik dan fresh dibanding harus menarik-narik konfliknya boyband korea :)

Nggak ada manusia sempurna di dalam novel ini dan memang seharusnya demikian. Sayangnya nggak ada satuuu aja, tokohnya yang nyangkut di hati. Axel  multitalented tapi karismanya harus tertutup dengan sifatnya yang pemalu, grogian, dan menurut saya agak penakut. Sandro, keras, laki banget, tapi biasa aja menurut saya. Leon, cuek, lucu, tapi ya saya juga cuma bisa nyengir bacanya. Oke, saya pasti kebanyakan delusi dan tokoh-tokohnya beda tipe sama selera saya :B

So, novel ini saya rasa cocok untuk remaja dan meskipun saya udah nggak remaja saya tetap senang karena sudah membacanya sampai habis :)

Reborn?

Sebutlah saya nggak bisa konsisten dalam hal menulis blog. Blog yang headernya biru muda ini sempat ditinggal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Indeed, blog itu bebas, sarana menulis untuk siapa aja. Nggak ada aturan menulis asalkan jangan bawa-bawa SARA.
Here, saya iseng menengok blog kedua saya (karena blog pertama saya dibuat pada zaman Alaylitikum yang sayangnya ga bisa dihapus karena lupa password T.T). Postingan saya nggak pernah se-tema, se-visi, se-misi. Postingan saya random, sama seperti isi kepala dan playlist di hp saya. Saya jadi bingung setelah lamaaa sekali hiatus, mau nulis apa untuk sekedar posting kata-kata yang menurut saya menarik. Usut punya usut, akhirnya saya ingat dengan tumpukan novel yang sudah saya beli. Terus saya mau berbagi cerita dengan siapa tentang novel-novel itu. Ngobrol ke teman, sudah pasti. Komentar di twitter, nggak cukup hanya dengan 140 karakter.
Tulis review lah! Yak, dua kali saya berhasil mengenyahkan malas saya untuk ngeblog gegara review, namun berkali-kali review itu hanya teronggok di draf bahkan baru hanya sempat dirangkai di kepala. Mau jadi enulis macam apa saya ini? Kerja otak memang lebih cepat dibanding kerja tangan saat sedang malas.