Wednesday, June 20, 2012

NgeFREAK PART 1


Saya males ngitung udah berapa artis sempet masuk daftar idola saya. Tiap masa biasanya selalu berubah, dari yang mulai ngefans saya selalu sok-sok komitmen nggak akan pindah ke idola lain, tapi tetep aja di akhirnya saya bosan atau malah jadi ilfeel lalu berpindah ke lain hati.
Masa SD masa dimana saya mulai suka dengan grup band, ya minimal memposisikan diri sebagai anak SD yang gaul pada masanya dengan rajin nonton MTV, beli tabloid fantasi, dan baca bobo. Idola saya sewaktu kelas 3 SD adalah Westlife.



Boyband asal irlandia itu memang  nge-hits di masa itu. Sampai2 bobo pun rajin menulis artikel tentang mereka. Abang-abang tukang poster di sekolah saya pun menjual kartu, poster, dan gantungan kunci bergambar mereka. Herannya saya malah nahan diri nggak beli semuanya disana. Untung jaman itu saya belum ngerti internet, nggak kayak sekarang saya bisa ngumpulin foto siapa aja yang saya suka :D
Tingkat ngefans saya baru hanya beli kasetnya, ngumpulin stiker2, dan poster dari bobo (lagi2 bobo), juga nggak lupa saya berjuang keras lho untuk menerjemahkan beberapa lagu westlife. Misalnya Fool Again dan Coast to Coast.
Seinget saya, mulai ngefans sama Westlife ketika nonton video vlip If I let you go. Saya pun yang bernotabene anak SD di kala itu jadi terkesima liat mereka lari-larian disana.
Personil favorit saya waktu itu adalah Shane Filan, kecil-kecil imut, tapi suaranya maut. Saya nggak peduli dikata Bryan ganteng, Mark juga ganteng, saya tetep paling suka Shane! 



Pelan-pelan euforia tentang Westlife mulai hilang dan saya emang gitu sampe sekarang. Meskipun kadang saya masih suka iseng download lagunya.

Setelah Westlife, demam Amigos juga ikut menyerang saya. Saya yang awalnya cuma numpang nonton Marimar, Paulina, Maria Mercedes, sekarang punya telenovela sendiri yang nggak kalah hot. Amigos! Pedro, Anna, Santiago, dll, dll, saya pun lupa namanya. Tiap pulang sekolah saya menghambur ke depan TV dan nonton amigos dengan khidmat. Pergi kesekolah pun Amigos selalu jadi trending topic setiap harinya. Demam ini menyerang saya sewaktu saya kelas 4 sampai 5 SD kayaknya.



Amigos beres, produk lokal juga nggak mau kalah menginvasi saya. Entah siapa yang awalnya suka nonton, saya pun akhirnya terjerumus nonton kontes nyanyi di Indosiar. Sebut saja AFI. Saya menggila, dan melebay sewaktu jadi fans acara itu. Pokoknya ada deh, kontestan-kontestan yang saya gilai. Dan saya malu kalo inget jaman-jaman itu. Tiap minggu rajin beli tabloid Gahul. Suka nulis-nulis surat sendiri buat mereka. Dan yah... ada tuh satu dua poster afi dibelakang pintu kamar saya.



Nggak cuma Afi, indonesian idol pun saya kena invasinya. Ternyata saya rentan banget ya sama yang begituan. Dari beberapa kali season, idola saya selalu nggak pernah jadi juara, sampai suatu season saya suka sama Rini, dan walhasil saya seneng banget penampilannya yang selalu bagus, dan akhirnya jadi juara.



Disinilah langkah pertama saya sebagai fans agak freak dimulai. Berawal dari forum indonesian idol di internet, saya dikit2 aktif di Rinicious. Fans clubnya rini. Disitu saya ketemu banyak temen baru, dari yang tadinya cuma temen maya, sekarang udah ada beberapa yang ketemuan. Bahkan masih suka kontak2an sampe sekarang, meski cuma lewat twitter dan fb. Jujur, banyak yang saya alami selama saya ngefans rini. 

1. Saya jadi kenalan sama photoshop  karena waktu itu saya tertarik ikut2 bkin fanart, Alhamdulillah sampe sekarang ilmu photoshopnya kepake dan step by step berkembang

2. Saya selalu punya kesempatan ikut gathering, nonton dia manggung dimana2, tapi...nggak segampang itu dapet izin dari emak bapak saya. jadilah saya cuma mupeng abiss

3. Saya beneran ngerasa ngefans secara real deh disini, cuma minus nonton livenya aja

Jujur sih, beberapa tahun berlalu, euforia kagum saya luntur dengan sendirinya. Entah zamannya yang berubah, atau ada suautu hal dari tokoh itu yang bikin ilfeel. Kalo untuk rini, mungkin zamannya udah ganti, dan animo saya buat nonton live selalu aja sirna karena izin dari emak bapak yang nggak pernah turun :P

Ngefreaknya saya tentu nggak berenti sampe disini dong. Cukup sekian part 1, just wait n see, siapa lagi tokoh2 yang saya gilai di part 2.

Sunday, June 17, 2012

Miley Cyrus - Life's a Climb

I can almost see it.
that dream I'm dreaming, but
there's a voice inside of my head, tellin'
you'll never reach it
every step I'm takin'
every move I make
feels lost in no direction,
my faith is shakin'
but I gotta keep tryin'
gotta keep my head held high

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
always gonna be an uphill battle
sometimes I'm gonna have to lose
ain't about how fast I get there
ain't about what's waitin' on the other side
it's a climb

The struggles I'm facing
the changes I'm taking
sometimes they knock me down, but
no I'm not breaking
I may not know where, but
these are the moments that
I'm gonna remember most
I've just gotta keep goin', and
I gotta be strong
just keep pushing on, but

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
always gonna be an uphill battle
sometimes I'm gonna have to lose
ain't about how fast I get there
ain't about what's waitin' on the other side
it's a climb

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
always gonna be an uphill battle
sometimes I'm gonna have to lose
ain't about how fast I get there
ain't about what's waitin' on the other side
it's a climb

Keep on movin'
keep climbin'
keep faith baby
It's all about, it's all about
the climb
keep the faith, keep your faith


Tuesday, June 12, 2012

[FANFIC] It's Because of You






Aku masih ingat apa yang dilakukan ayahnya Yoona saat aku mengantar gadis itu pulang dalam keadaan mabuk, pipiku jadi bengkak dan membiru karenanya. Setelah seminggu resmi berpredikat "Namja chingu" aku mulai merasa memiliki prosedur sendiri untuk berkencan dengannya. Ayahnya bisa percaya padaku, asalkan gadis itu pulang di bawah jam malam, berkencan ke tempat yang jelas, dan gadis itu pulang ke rumah dengan perasaan senang. Setelah tahu hal itu Yoona hanya terbahak, dan bilang kalau itu hanya lelucon ayahnya, tapi tentu tidak semudah itu. Aku juga ingin Tuan Jaehee tenang dan senang bila putri tunggalnya berada disisiku. 

Mobilku melaju kencang menuju sebuah ballroom. Aku harus menjemput Yoona pulang karena hujan deras. Sepanjang jalan aku masih teringat kata-kata pria paruh baya itu, ia benar-benar menitipkan Yoona seperti menitipkan boneka porselain yang tidak boleh disentuh dan harus dijaga dengan baik. Aku memang tidak pernah melakukan kontak fisik berlebihan selama berkencan, bahkan saking patuhnya kami hanya bergandengan tangan jika sedang berdua. Semua temanku tertawa melihat kelakuanku, sebelumnya aku memang tidak sekaku ini. Aku masak bodoh, selama Yoona senang aku akan berada di jalanku.

Tiba di ballroom aku belum pernah merasa seaneh ini. Semuanya berpakaian necis dan rapi, sementara aku hanya mengenakan jeans, t-shirt, dan jaket kulitku. Untung jaket ini masih terlihat keren meskipun kubeli sudah setahun lalu. Sosok gadisku berada di kerumunan sahabatnya, mereka semua terlihat cantik, dan tentu saja Yoona yang paling bersinar. Ia tersenyum melihatku, rambutnya terurai dan sedikit bergelombang, itu gayanya yang paling kusuka. Yoona menarik lenganku, dan memperkenalkanku pada teman-temannya. Mereka memang menarik, tapi perhatianku hanya tertuju pada gaunnya. Tube dress dengan potongan rendah, meskipun roknya tidak terlalu minim. Memangnya ayahnya mengizinkan dia pergi ke pesta dengan pakaian seperti ini? Aku ingin bertanya, tapi gadis itu memeluk lenganku erat, aroma segar rambutnya 
membuatku tenang.

Aku memberi isyarat padanya untuk pulang dan akhirnya ia mengikuti kemauanku. Tiba di lift aku segera melepas jaketku, dan kuselimuti tubuhnya. Sejak tadi jantungku berdegup kencang melihat kulitnya yang terekspos. Ia tampak cantik dan sedikit menggoda.

"Kau sedang tidak enak badan?"

Matanya menatapku penuh tanya, aku hanya tertawa sambil membelai rambutnya

"Aku baik-baik saja, Yoongie"

Sepanjang jalan menuju mobil ia masih memeluk lenganku erat, posisi ini sangat membuatku nyaman. Jujur, aku ingin waktu berhenti berputar saat bersamanya.

"Serius tidak ada yang mengganjal? Kau tidak seceria dulu"

Pertanyaan Yoona membuatku menoleh saat aku mulai menyalakan mesin mobil. Memangnya aku terlihat tersiksa di depannya?

"Menurutmu apa yang kau lihat dariku sekarang?"

"Seperti ada yang mengejar-ngejarmu saat kita bersama, sering gelisah, dan kau jadi seperti ayahku"

Seperti ayahnya? Aku menyayanginya, begitu juga ayahnya. Tentu saja perlakuan dari seorang ayah, dan pacar pasti berbeda. Ia bahkan menganggapku sejajar dengan pria itu.

"Kau kecewa?"

"Aku lebih suka Yoochun yang sering mengejekku, dan berusaha menindasku. Kadang sesuatu yang menyebalkan memang membuat kangen"

Dulu bahkan aku tidak menganggapnya sebagai wanita seutuhnya, meskipun aku tertarik padanya.

"Aku selalu ingin menjagamu sepenuh hati dengan caraku. Kuakui hal yang kulakukan memang menjemukan, tapi aku ingin kau merasa nyaman seperti yang ayahmu bilang"

"Itu tidak membuatku nyaman, aku tidak mau kau merasa tertekan. Hubungan kita terbentuk untuk mendapat kenyamanan"

Isyarat matanya mengatakan kalau ia tidak menginginkanku seperti ini.

"Mianhae"

"Seminggu ini aku selalu melihatmu merasa tertekan. Sudah kubilang, ayah memang khawatir padaku, tapi kau selalu menganggapnya serius. Sepertinya kencan yang seharusnya menyenangkan malah kau anggap beban"

Yoona mengucapkan hal itu sambil tersenyum. Mengapa aku bisa sebodoh itu di depannya, aku bahkan tidak membuatnya merasa senang. Aku terlalu takut semua yang kulakukan salah, aku hanya ingin menyenangkan kedua pihak, dia dan ayahnya. Kuberanikan diri menarik tubuhnya mendekat. Ia memeluk tubuhku, dan meletakan dagunya di bahuku. Helaian rambutnya yang lembut bisa kurasakan dengan jariku, ia memelukku semakin erat.

"Jadilah Yoochun yang kukenal. Aku percaya kau bisa menjagaku dengan caramu sendiri, tanpa harus terbebani"

Senyumku mengembang saat melihat wajahnya. Sepertinya masa-masa permusuhan yang dinamis memang lebih menarik dibanding saat kami berpacaran. Kujejakkan bibirku di keningnya, ia terkekeh lalu mencubiti pipiku tanpa ampun.

"Jadi, kita langsung pulang atau kemana?"

"Sekarang pulang dulu ya, ayahku butuh teman menonton bola malam ini"

Aku hanya tersenyum masam sambil membawa mobil ini pergi dari basement. Kalau begitu ini sama sekali tidak ada perubahan.

"Hah dasar anak ayah!"

Yoona tertawa keras hingga matanya hanya terlihat seperti garis. Biar bagaimana pun aku selalu menyayanginya meskipun disejajarkan dengan ayahnya.

The Journey



hari ini beberapa siswa lulusan sma mengikuti SNMPTN, dan beberapa calon mahasiswa sedang melakukan registrasi ulang di kampus saya. 2 hal ini membuat saya nostalgia pada 3 tahun lalu, saya yang baru lulus SMA tentunya punya ancer2 sendiri untuk memilih tempat kuliah kelak. Cita-cita saya jadi mengalami perubahan di SMA karena banyak influence sana sini. Dari yang sejak SD saya ingin jadi dokter hewan, cita-cita itu mulai goyah sewaktu SMA, saya mulai tertarik dengan IT, arsitektur, bahkan sempat melirik ilmu sosial seperti kriminolog, yang padahal kalo sekarang saya pikir2 lagi sy belum tentu kuat dengan ilmu itu. Intinya sih, saya mulai terkena demam jaket kuning di masa SMA. Jaket almamater UI begitu membekas di benak saya, kelihatan keren, kece, dan membanggakan. Saya mulai ikut bimbel untuk mempersiapkan snmptn, datang di dua hari acara bedah kampus (sayangnya tiketnya hilang), dan rajin ikut try out yang membawa nama simak ui, atau tes2 lainnya. Saya inget banget, hari H nya, minggu pagi, satu maret di Sman 1 bogor saya mengikuti tes simak ui. Dan... Rasanya sama kayak saya ngerjain soal TO seperti biasa, kebanyakan ngasalnya.

Nggak lupa, saya juga daftar PMDK IPB untuk jurusan kedokteran hewan. Sebenernya saya memang agak belagu waktu itu, terlalu silau dengan UI sampai agak males daftar masuk IPB.
well, begitu hasilnya keluar, coba tebak saya di terima di mana? Yup, saya belum diterima di manapun. Haha. Saya cuma membuka hasil pengumuman di internet dengan wajah datar. Tapi langkah saya tentu nggak sampai di situ. Beres UN saya kembali berjibaku dengan tes masuk PTN lewat UMB yang lagi-lagi saya mengincar arsitektur UI, dan tetep berjuang untuk masuk IPB dengan ikut UTM (Ujian Talenta Mandiri). UTM sendiri dulu bertujuan mencari mahasiswa dengan visi Kepemimpinan, Kewirausahaan, dan Pertanian kalo nggak salah. Itu sama sekali nggak saya banget. Dan lagi-lagi saya cuma dapet kata maaf dari monitor laptop sewaktu liat pengumuman via online.

Muka saya datar, tapi hati saya zonk. Saya nggak pernah sedih sewaktu ditolak oleh tes2 PTN itu, tapi saya selalu sedih menjelang pengumuman tes, saya ngerasa banyak ngabisin uang orang tua dengan bimbel berbulan-bulan, dan ikut tes sana sini tapi belum ada hasilnya. Ibu dan Ayah saya selalu memberi semangat, bahwa suatu saat saya pasti bisa dapet universitas yang pas buat saya. Saya sempat daftar tes untuk diploma IPB, sempat ngelirik Universitas Al-azhar di Jakarta, bahkan sempet kepikiran ikut tes diploma prodi kesehatan hewan di UGM.

Detik-detik menjelang SNMPTN saya udah pasrah dan mungkin bosan dengan latihan soal, padahal belajar saya juga nggak gila-gila banget. Saya dapet lokasi tes di SMK 3 PGRI Bogor. Selama dua hari itu saya ditunggu ibu saya bersama si mobil katanan mungil. Setiap soal yang saya kerjain, ada yang yakin, sedikit nebak, dan pasrah. Hari kemarinnya ibu saya bilang, menurut artikel di koran, siswa yang lulus SNMPTN adalah siswa yang menjawab soal dengan rata, semua bidang baik b.indo, b.inggris, Matdas, dan IPA . Padahal dari dulu saya jawab sesuka hati saya, jawaban yang paling saya yakin, nggak peduli antar mata pelajaran timpang atau nggak jumlah soal yang sudah dijawab. Saya yang sudah pasrah mencoba menbalancekan semua jawaban saya. Sama seperti saya, keluarga saya mungkin juga begitu, nggak terlalu menuntut tapi pastinya berharap.

Tiba disuatu hari minggu, saya bahkan lupa itu selang berapa minggu dari SNMPTN. Kabarnya pengumuman calon mahasiswa yang lolos SNMPTN akan diterbitkna oleh Koran. Saya yang mungkin udah bosan, dan nggak mau terlalu antusias akhirnya pergi jalan pagi dibanding dirumah menunggu datangnya Koran. Di jalan, hp saya pun bergetar dan ternyata ibu saya yang nelpon. Ibu saya memanggil saya dengan suara yang beda, antara suara haru dan bahagia. Ternyata nomor ujian SNMPTN saya tercantum di Koran dengan Kode Jurusan Kedokteran Hewan IPB. Saya masih merasa mimpi dan akhirnya buru-buru pulang untuk mencocokan nomor dengan kartu ujian saya.

Ternyata benar….. Ini luar biasa, dan unbelievable. Sayang saya ga bisa ngepost foto apa2. Sejak hari itu saya nggak sibuk lagi ngurusin soal2 tes masuk univ, dan nggak seperti kehilangan arah. Saya disibukkan dengan menyiapkan berbagai berkas untuk registrasi ulang. 

Perjuangan saya tentu nggak berakhir setelah lolos SNMPTN, rintangan di kampus, jauuuhhhh lebih banyak buat saya. Adaptasi dari tadinya pengangguran menjadi mahasiswa, ketemu temen2 baru lagi, dan belajar menjadi mahasiswa yang lebih mandiri dari pelajar tentunya.

Saya banyak mengalami jatuh bangun lagi di kampus, kadang saya sadar, kadang saya juga khilaf.
Mungkin SNMPTN adalah kado terindah untuk sweet seventeen saya. Saya tahu Allah pasti masih punya banyak hadiah lain, tinggal saya saja yang memutuskan kapan mengambil hadiahnya dan dengan cara apa. #tsahhh (sok bijak)