Tuesday, June 12, 2012

[FANFIC] It's Because of You






Aku masih ingat apa yang dilakukan ayahnya Yoona saat aku mengantar gadis itu pulang dalam keadaan mabuk, pipiku jadi bengkak dan membiru karenanya. Setelah seminggu resmi berpredikat "Namja chingu" aku mulai merasa memiliki prosedur sendiri untuk berkencan dengannya. Ayahnya bisa percaya padaku, asalkan gadis itu pulang di bawah jam malam, berkencan ke tempat yang jelas, dan gadis itu pulang ke rumah dengan perasaan senang. Setelah tahu hal itu Yoona hanya terbahak, dan bilang kalau itu hanya lelucon ayahnya, tapi tentu tidak semudah itu. Aku juga ingin Tuan Jaehee tenang dan senang bila putri tunggalnya berada disisiku. 

Mobilku melaju kencang menuju sebuah ballroom. Aku harus menjemput Yoona pulang karena hujan deras. Sepanjang jalan aku masih teringat kata-kata pria paruh baya itu, ia benar-benar menitipkan Yoona seperti menitipkan boneka porselain yang tidak boleh disentuh dan harus dijaga dengan baik. Aku memang tidak pernah melakukan kontak fisik berlebihan selama berkencan, bahkan saking patuhnya kami hanya bergandengan tangan jika sedang berdua. Semua temanku tertawa melihat kelakuanku, sebelumnya aku memang tidak sekaku ini. Aku masak bodoh, selama Yoona senang aku akan berada di jalanku.

Tiba di ballroom aku belum pernah merasa seaneh ini. Semuanya berpakaian necis dan rapi, sementara aku hanya mengenakan jeans, t-shirt, dan jaket kulitku. Untung jaket ini masih terlihat keren meskipun kubeli sudah setahun lalu. Sosok gadisku berada di kerumunan sahabatnya, mereka semua terlihat cantik, dan tentu saja Yoona yang paling bersinar. Ia tersenyum melihatku, rambutnya terurai dan sedikit bergelombang, itu gayanya yang paling kusuka. Yoona menarik lenganku, dan memperkenalkanku pada teman-temannya. Mereka memang menarik, tapi perhatianku hanya tertuju pada gaunnya. Tube dress dengan potongan rendah, meskipun roknya tidak terlalu minim. Memangnya ayahnya mengizinkan dia pergi ke pesta dengan pakaian seperti ini? Aku ingin bertanya, tapi gadis itu memeluk lenganku erat, aroma segar rambutnya 
membuatku tenang.

Aku memberi isyarat padanya untuk pulang dan akhirnya ia mengikuti kemauanku. Tiba di lift aku segera melepas jaketku, dan kuselimuti tubuhnya. Sejak tadi jantungku berdegup kencang melihat kulitnya yang terekspos. Ia tampak cantik dan sedikit menggoda.

"Kau sedang tidak enak badan?"

Matanya menatapku penuh tanya, aku hanya tertawa sambil membelai rambutnya

"Aku baik-baik saja, Yoongie"

Sepanjang jalan menuju mobil ia masih memeluk lenganku erat, posisi ini sangat membuatku nyaman. Jujur, aku ingin waktu berhenti berputar saat bersamanya.

"Serius tidak ada yang mengganjal? Kau tidak seceria dulu"

Pertanyaan Yoona membuatku menoleh saat aku mulai menyalakan mesin mobil. Memangnya aku terlihat tersiksa di depannya?

"Menurutmu apa yang kau lihat dariku sekarang?"

"Seperti ada yang mengejar-ngejarmu saat kita bersama, sering gelisah, dan kau jadi seperti ayahku"

Seperti ayahnya? Aku menyayanginya, begitu juga ayahnya. Tentu saja perlakuan dari seorang ayah, dan pacar pasti berbeda. Ia bahkan menganggapku sejajar dengan pria itu.

"Kau kecewa?"

"Aku lebih suka Yoochun yang sering mengejekku, dan berusaha menindasku. Kadang sesuatu yang menyebalkan memang membuat kangen"

Dulu bahkan aku tidak menganggapnya sebagai wanita seutuhnya, meskipun aku tertarik padanya.

"Aku selalu ingin menjagamu sepenuh hati dengan caraku. Kuakui hal yang kulakukan memang menjemukan, tapi aku ingin kau merasa nyaman seperti yang ayahmu bilang"

"Itu tidak membuatku nyaman, aku tidak mau kau merasa tertekan. Hubungan kita terbentuk untuk mendapat kenyamanan"

Isyarat matanya mengatakan kalau ia tidak menginginkanku seperti ini.

"Mianhae"

"Seminggu ini aku selalu melihatmu merasa tertekan. Sudah kubilang, ayah memang khawatir padaku, tapi kau selalu menganggapnya serius. Sepertinya kencan yang seharusnya menyenangkan malah kau anggap beban"

Yoona mengucapkan hal itu sambil tersenyum. Mengapa aku bisa sebodoh itu di depannya, aku bahkan tidak membuatnya merasa senang. Aku terlalu takut semua yang kulakukan salah, aku hanya ingin menyenangkan kedua pihak, dia dan ayahnya. Kuberanikan diri menarik tubuhnya mendekat. Ia memeluk tubuhku, dan meletakan dagunya di bahuku. Helaian rambutnya yang lembut bisa kurasakan dengan jariku, ia memelukku semakin erat.

"Jadilah Yoochun yang kukenal. Aku percaya kau bisa menjagaku dengan caramu sendiri, tanpa harus terbebani"

Senyumku mengembang saat melihat wajahnya. Sepertinya masa-masa permusuhan yang dinamis memang lebih menarik dibanding saat kami berpacaran. Kujejakkan bibirku di keningnya, ia terkekeh lalu mencubiti pipiku tanpa ampun.

"Jadi, kita langsung pulang atau kemana?"

"Sekarang pulang dulu ya, ayahku butuh teman menonton bola malam ini"

Aku hanya tersenyum masam sambil membawa mobil ini pergi dari basement. Kalau begitu ini sama sekali tidak ada perubahan.

"Hah dasar anak ayah!"

Yoona tertawa keras hingga matanya hanya terlihat seperti garis. Biar bagaimana pun aku selalu menyayanginya meskipun disejajarkan dengan ayahnya.

No comments:

Post a Comment